15 Januari 2008

Anggrek & Kantung Semar Langka di Lereng Gunung Merapi

Lereng Merapi menyimpan potensi berbagai vegetasi berupa pohon besar, semak belukar, dataran rumput dan berbagai jenis efifit. Anggrek Vanda tricolor yang baru saja direlokasi beberapa waktu lalu, termasuk tumbuhan yang langka yang menghuni hutan lindung di kawasan gunung itu.

Tanaman lain yang cukup menarik dan aneh di Lereng Merapi, yaitu Kantung Semar (Nephentes) yang ditemukan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Daerah Istimewa Yogyakarta di tebing-tebing Kali Kuning.

Tanaman Kantung Semar yang berada di sekitar tebing Kali Kuning, Merapi, merupakan kekayaan hutan lindung yang masih belum banyak diketahui masyarakat. Kantung Semar yang berbentuk eksotis ini kini banyak dicari kolektor untuk dipelihara di rumah.

Keberadaan Kantung Semar di Kawasan Hutan Kaliurang tampaknya perlu segera dipikirkan upaya konservasinya, sekaligus upaya penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya kelestarian jenis tanaman tersebut.

"Karena jenis tanaman ini unik, bersifat karnivora, mempunyai keanekaragaman yang tinggi, bentuk kantung yang eksotik dan banyak ragamnya sekaligus menyimpan potensi ekonomi yang dapat dikembangkan sebagai alternatif usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan hutan," kata Djoko Raharjo, Koordinator Kelompok Studi Konservasi Mahasiswa Fakultas Biologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), Yogyakarta, Selasa (5/11).

Tanaman ini diperkirakan berasal dari Asia Timur, dan saat ini banyak dijumpai di Asia Tenggara. Sampai saat ini ada 86 spesies, hal ini menunjukkan keanekaragaman yang kaya dalam bentuk. Dari jumlah itu, 53 spesies di antaranya berasal dari Indonesia, yang tersebar di Jawa (dua spesies), Sulawesi (sembilan spesies), Sumatera (26 spesies) dan Kalimantan (34 spesies). Kantung Semar dapat hidup pada berbagai habitat, dari pantai, gunung kapur dan hutan lebat, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi .

"Jadi Kantung Semar tidak hanya hidup sebagai tanaman hutan tropis yang lembab dan banyak mengandung humus serta suasana teduh. Namun, tanaman ini bisa hidup di tempat terbuka yang gersang, rawa-rawa, pantai bahkan di pucuk pohon. Karena kemampuannya mencerna serangga maka jenis tanaman ini dapat tetap survive dalam tanah yang miskin hara," tutur Djoko.

Keunikan tanaman ini bukan terletak pada keindahan bunga seperti anggrek, mawar dan jenis tanaman lainnya, tetapi pada kemampuannya untuk mencerna serangga (carnivorous plant) yang berfungsi sebagai pemasok unsur hara, selain yang diserap melalui akar.

"Karena kemampuannya itu, Kantung Semar dapat bertahan pada tempat-tempat yang miskin unsur hara atau zat pertumbuhan. Untuk menunjang fungsi kantung sebagai perangkap dan pencerna serangga, variasi bentuk dan warna sangat besar yang memang secara sengaja didesain indah untuk memikat, menangkap, membunuh dan selanjutnya mencerna serangga. Warna yang mencolok dan manisnya madu merupakan tantangan yang tidak bisa dihindarkan oleh berbagai jenis serangga," ungkapnya.

Kantung mereka bisa bermacam-macam bentuknya, lanjut Djoko, mulai dari yang panjang langsing, gembrot dan gendut bak periuk, sampai ke berbagai bentuk seperti kendi, tetapi rata-rata tidak jauh bedanya dengan piala untuk minum. Kantung ini bukan bunga, tetapi daun. Daging daun di kedua sisi tulangnya melengkung, saling mendekatkan tepian mereka sehingga membentuk tabung, kecuali tepian di ujung yang dibiarkan terbuka membentuk lubang.

"Ujung ini juga mempunyai bagian yang melebar untuk membentuk tutup. Mula-mula tutup masih menutupi lubang kantung betul-betul, tetapi setelah dewasa, ia membuka ke atas. Tidak berarti bahwa ia membuka terus-menerus. Terkadang ia menutup kembali untuk mencegah jangan sampai proses pencernaan hasil penangkapan diganggu oleh "musuh-musuh" dari luar yang ikut nimbrung mencuri makanan. Sebaliknya, tutup akan terbuka lebar pada siang hari, untuk menguapkan kebanyakan air hujan dari malam sebelumnya," ujar pengajar di Fakultas Biologi UKDW itu.

Kantung Semar dipandang sebagai tanaman yang aneh (karena sifatnya yang karnivor), tanpa ada manfaat bagi umat manusia, kecuali sebagai tanaman koleksi yang eksklusif dan memberi "gengsi" bagi para kolektornya. Sampai saat ini telah berkembang para kolektor yang tidak hanya memelihara dan mengandalkan keindahan tanaman yang asli, melainkan sudah saling berkompetisi untuk menghasilkan hybrid nan eksotis.

Pada daerah-daerah tertentu diyakini bahwa air yang tersimpan di dalam kantung dapat dipakai sebagai obat mencegah ngompol dengan jalan menuangkan sebagian air di atas kepala dan kemudian sisanya diminumkan atau memperlancar proses kelahiran dengan meminumkan air dalam kantung.

"Bahkan, di Maluku, air yang berada dalam Kantung Semar dimanfaatkan untuk memanggil turunnya hujan pada musim kemarau dengan menuang semua air dari Kantung Semar ke tanah," kata Djoko. (SIG)

Tidak ada komentar: